Powered By Blogger

Rabu, 07 April 2010

Minat Baca dan Perpustakaan Sekolah

Roma Hadi Tri Susangka
Penerima Dana Hibah Program Kreativitas Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang
roma_umm@yahoo.co.id

MEMBACA adalah salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Karena kegiatan membaca merupakan salah satu proses tranformasi ilmu melalui cara melihat dan memahami isi yang tertulis di dalam buku pengetahuan maupun pelajaran.
Namun di sisi lain, diakui atau tidak, minat baca siswa khususnya di negara kita masih terhitung sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari intensitas kunjungan di Perpustakaan Sekolah. Rata-rata siswa melakukan kegiatan membaca pada saat belajar saja, di luar itu sedikit sekali yang suka membaca buku lain. Ada juga yang tidak membaca sama sekali.
Hal tersebut dapat disebabkan berbagai faktor, baik secara pribadi maupun secara umum. Secara pribadi, biasanya, berkaitan dengan kurangnya motivasi dalam diri siswa untuk menanamkan bahwa membaca itu suatu kegiatan yang perlu dan bermanfaat. Secara umum, faktor yang sangat berpengaruh besar adalah lingkungan sekitar siswa yang memang jauh dari kebiasaan atau budaya membaca.
Fungsi perpustakaan menjadi berkembang sebagai tempat pemupuk minat baca. Fungsi perpustakaan bagi siswa adalah untuk memperdalam dan menelusuri berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kebutuhan hidupnya. Penguasaan konsep dasar yang baik memudahkan siswa untuk mengaplikasikan ilmunya pada situasi dan kondisi yang lebih berkembang yang akhirnya siswa akan memiliki inisiatif, daya kreatif, sikap kritis, rasional, dan objektif.
Rendahnya minat baca sering dijadikan alasan terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia tetapi orang sering lupa faktor penyebabnya. Harga buku yang tidak terjangkau, buku-buku pelajaran disajikan dengan bahasa yang kaku, tak tersedianya tempat baca yang nyaman serta tidak adanya waktu senggang karena padatnya kurrikulum merupakan faktor penyebabnya. Hal-hal tersebut sebenarnya bisa di antisipasi dengan adanya perpustakaan yang nyaman.
Perpustakaan sebagai lembaga penunjang pendidikan nampaknya masih dianggap kurang penting. Sehingga berbagai kebijakan yang diambil oleh pihak yang berwenang selalu lebih mengutamakan pengembangan di bidang lain. Perpustakaan berada di ruang yang sangat sempit, atau seruang dengan kantor guru atau di dekat WC, atau malah tidak ada sama sekali masih merupakan pemandangan yang umum di Indonesia ini.
Begitu juga dengan pegawai yang menanganinya masih jauh untuk di sebut profesional. Guru-guru yang malas dan pegawai tata usaha yang bermasalah sering di tempatkan di perpustakaan sekolah yang mengakibatkan citra perpustakaan sebagai tempat pembuangan daripada sebagai tempat penunjang pendidikan. Tak jarang pula pegawai perpustakaan adalah orang-orang yang sangat mahal senyum dan galak sehingga menjadikan perpustakaan sekolah sebagai tempat yang angker untuk dikunjungi.
Masalah perpustakaan adalah masalah serius. Pengelolaannyapun harus serius dan terfokus. Dengan pustakawan yang profesioanal, rasa tanggung jawab dari pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah yang tak hanya di bibir saja, peprustakaan di Indonesiapun bisa nyaman. Dengan perpustakaan yang nyaman, minat baca generasi muda Indonesia yang di gembar-gemborkan terpuruk itu, akan naik secara drastis. Dan Indonesia akan menjadi bangsa yang cerdas dan mandiri. Perpustakaan yang nyaman belum tentu mahal tetapi memerlukan penanganan dan keterlibatan yang serius berbagai pihak untuk mendukungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar