Powered By Blogger

Selasa, 01 September 2009

Ramadan dan Perubahan

Oleh Roma Hadi Tri Susangka Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang roma_umm@yahoo.co.id RAMADAN adalah bulan yang selalu dinanti oleh semua umat Islam. Bulan dimana semua amal kebaikan dinilai berlipat, bulan dimana bisa belajar banyak untuk menjadi seorang muslim yang lebih dekat dengan Allah, dan bulan dimana kita bisa melatih diri untuk menjadi insan yang peduli dan empati kepada sesama. Bulan Ramadan hendaknya menjadi momentum perubahan untuk menjadi lebih baik. Melakukan perubahan kadang mirip seperti menunggu bus di saat jalan yang padat. Keengganan kerap muncul saat mendapati bus selalu penuh sesak. Penantian-pun menjadi lebih lama. Kalau tidak dipaksakan, kesempatan akan selalu lewat. Siapapun tak ingin selamanya hidup dalam bayang-bayang kesalahan dan dosa, dan merasa diri terus diterpa debu-debu salah dan dosa. Oleh karena itu, perubahan menjadi sesuatu yang sangat berat. Perubahan yang hakiki memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Butuh kesungguhan, bimbingan, dan momentum yang teramat mahal yaitu bulan suci Ramadan. Sungguh teramat rugi jika momentum Ramadan lewat begitu saja. Seperti angin sepoi-sepoi tanpa bekas. Hanya dapat dinikmati tanpa dapat dimaknai. Momentum Ramadan sebagai pengendali nafsu. Mungkin, nafsu dapat mendikte apa pun di luar bulan Ramadan. Di balik tuntutan lapar misalnya, ia bisa saja menciptakan seribu satu alasan orang untuk mencuri karena rasa lapar. Di luar Ramadan, pintu-pintu aliran energi nafsu kerap terbuka lebar. Kekuatan nafsu kian berkembang bersama energi yang diperoleh tubuh dari makan, minum dan lain-lain. Bayangkan jika pintu-pintu itu tak pernah tertutup. Nafsu jadi kian liar. Namun, dengan puasa seorang muslim dapat mendewasakan nafsu. Bisa menutup-buka pintu-pintu energinya. Hingga, nafsu tidak lagi seperti anak kecil yang bisa mendapatkan apapun ketika merengek dan menuntut pada orang tuanya. Nafsu harus dikendalikan agar ia bisa dewasa. Jadikanlah momentum Ramadan sebagai momentum yang mahal. Karena Ramadan bagaikan kucuran hujan bagi para petani. Kumpulan airnya akan berlalu begitu saja jika tidak dibendung, dialirkan, dan dimanfaatkan. Agar benih-benih kebaikan baru dapat tumbuh, besar, dan berbuah. Mari kita berusaha memanfaatkan bulan Ramadan kali ini dengan sebaik mungkin untuk bertindak dan beribadah lebih baik dari hari-hari sebelumnya dan semoga momentum ini tetap kita jaga pada 11 bulan berikutnya. Semoga kita menjadi salah satu orang yang mendapatkan keberkahan di bulan Ramadan ini. Hidup adalah garis lurus tak terhingga. Dunia kita hidup sekarang hanyalah titik di awal garis tak terhingga. Kita bebas mengangkat ke atas atau menjatuhkan ke bawah dengan memegang ujung garis itu. Tapi kita tidak bebas memilih akibat dari pilihan yang kita ambil di dunia. Surga atau neraka yang kita dapatkan tergantung pada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar